Jakarta Utara, 18 Juli 2025 – SSB RBC kembali menunjukkan keseriusannya dalam membina generasi muda melalui pendekatan taktik modern di kelompok usia dini. Dalam laga U-12 format 9 vs 9, tim pelatih SSB RBC memperkenalkan formasi baru 2-3-2-1, yang menjadi perpaduan strategi Counter Strike dan Tiki-Taka, guna mengasah kecerdasan taktis serta pengambilan keputusan pemain sejak usia dini.
Formasi ini membagi lapangan ke dalam tiga fase utama: Build-Up Phase, Consolidation Phase, dan Finishing Phase, dengan penguatan khusus pada zona tengah lapangan sebagai pusat distribusi dan pengendali permainan.

Susunan Pemain Inti:
Penjaga Gawang (GK): Hafidz (1) – tangguh dan tenang dalam distribusi awal serangan.
Center Back (CB): Fathan (2) dan Hasbi (3) – menjadi poros dalam distribusi bola dan menjaga garis pertahanan tetap kokoh.
Box-to-Box Midfielder: Azka (6) dan Byan (4) – berfungsi ganda sebagai perusak serangan lawan dan inisiator tiki-taka ke depan.
Anchor/Playmaker: Athar (5) – menjadi pemain kunci dalam pola transisi dan aliran bola dari belakang ke depan.
Playmaker Sisi: Syakha (7) dan Alip (8) – lincah dan kreatif di zona insisi untuk membuka ruang dan mendistribusi umpan ke penyerang.
Striker Tunggal: Farel (9) – predator tajam di lini depan yang siap menyelesaikan setiap peluang.
> “Formasi ini dirancang agar anak-anak tidak hanya kuat dalam bertahan, tapi juga cepat membaca ruang dan membangun serangan dari kaki ke kaki. Ini bagian dari pendidikan taktik sejak usia dini,” jelas pelatih kepala SSB RBC.
Filosofi Permainan:
Tiki-Taka digunakan di zona belakang dan tengah, menekankan pada operan pendek dan pergerakan dinamis.
Counter Strike menjadi senjata di zona depan, dengan transisi cepat setelah bola berhasil direbut dari lawan.
Formasi 2-3-2-1 ini tidak hanya memberi keseimbangan pertahanan dan serangan, tapi juga melatih pemain untuk berpikir cepat dan bekerja sama secara kolektif.
🟢 Formasi ini akan diujicobakan pada laga resmi Liga Askot PSSI Jakarta Utara U-12 yang digelar akhir bulan ini. SSB RBC berharap pendekatan taktik ini bisa menjadi pembelajaran berharga bagi pembinaan sepak bola usia dini di Indonesia.