Bali || Pulau dewata memang menjadi daya tarik yang sangat menggiurkan bukan hanya sebagai tempat wisata alam, Budaya bahkan makanan, namun lebih dari itu banyak wisatawan domestik bahkan wisatawan manca negara tertarik untuk berinvestasi di tanah Pulau Dewata ini.
Termasuk di dalamnya adalah seorang penduduk asal Prancis, Philippe Claude Millieret. Karena kecintaannya yang mendalam terhadap Bali, Philippe memanfaatkan kesempatan untuk menyewa tanah seluas 1,1 hektar di wilayah Kabupaten Badung. Rencananya adalah menyimpan sebagian kecil untuk dirinya sendiri di mana ia dapat membangun RUMAH kecil di sedikit lahan itu sesuai dengan apa yang diharapkan dengan penuh kasih yang disebutnya sebagai “rumah terakhir saya”—sebuah rumah kecil sederhana di mana ia berniat menghabiskan sisa hidupnya dikelilingi oleh keindahan alam Bali.

“ I love bali, for me bali is wonderful place, someday I wan to stay here, in here I see sunset from my home, talk with civilian, live with people together” ucapnya saat ditemui di warung kopi. (Saya cinta Bali, bagi saya Bali adalah tempat yang indah, suatu hari nanti saya ingin tinggal di sini, di sini saya melihat matahari terbenam dari rumah saya, berbicara dengan warga masyarakat, tinggal dengan orang Bali). Philippe sudah mengerti dan mencintai bali karena budayanya, warganya semua ramah dan saling membantu sesama.
Dengan berjalannya waktu philippe bertemu dengan Julian Petroulas yang dikenalnya melalui pertemuan singkat melalui perkenalan dengan seorang agen di bali. Setelah pertemuan itu, philippe mengirimkan semua detail tanah kepadanya melalui email dan WhatsApp. Dia mengajukan penawaran dan terjadilah kesepakatan sewa menyewa. Menurut keterangan Phillippe, dalam kesepakatan tersebut disepakati pembayaran dalam waktu 16 bulan. Sangat penting untuk di jelaskan bahwa julian mengatakan bahwa jika dia terlambat membayar, sewa akan dikembalikan kepada saya, dan berjanji untuk membayar, Namun hal itu semua suatu kebohongan. Dia tahu sejak awal bahwa dia akan mengintimidasi saya. Inilah mengapa dia tidak mau membayar sekaligus. Tetapi secara bertahap, terang Phillippe kepada awak media.
Namun setelah terjadi kesepakatan, Julian Petroulas sudah mulai menggunakan lahan tersebut dengan membangun pondasi jalan tanpa koordinasi dan persetujuan Subak, dimana pondasi jalan tersebut melanggar peraturan adat bali, karena menutup jalur irigasi inilah yang menjadi sumber permasalahan dimulai.
Dalam langkah yang jarang terjadi, komunitas irigasi sakral Subak Bali dan seorang pemilik tanah lokal bersatu memberikan kesaksian di pengadilan melawan influencer asal Australia, Julian Petroulas, yang kampanye medianya mengklaim sebagai korban “penipuan tanah senilai 6,2 juta dolar AS” ternyata terbukti sepenuhnya palsu dan Pengadilan Negeri Denpasar telah menolak gugatan Petroulas.
Setelah Petroulas mulai membangun jalan akses di atas sistem irigasi tanpa koordinasi dengan pihak berwenang setempat, Subak meminta sumbangan standar sebesar 10 juta rupiah (sekitar 600 dolar AS). Alih-alih mematuhi dan berdialog dengan hormat, Petroulas menuduh Subak melakukan “pelecehan” dan secara pribadi menghina para pemimpin komunitas. Ia kemudian menggunakan cerita palsu ini sebagai alasan untuk menakut-nakuti penyewa lahan saat ini dan mencoba memeras kompensasi sebesar 2 miliar rupiah (sekitar 125.000 dolar AS) dari pria tua tersebut—200 kali lipat dari jumlah sumbangan wajar yang diminta Subak, tegas Phillippe menjelaskan kepada para awak media di damping kuasa Hukumnya I Nyoman Wirajaya, S.H., M.H pada senin 27 Oktober 2025 di Canggu Bali.
Dalam keterangannya I Nyoman Wirajaya, S.H., M.H, selaku PHnya dari King justitia law office Bali menyampaikan bahwa Secara juridis formil client kami philipe punya legal standing yang sangat kuat. Ia juga sangat menyayangkan langkah hukum yang di lakukan oleh Sdr Julian .dalam istilah filsafat hukum kita semua mengenal Facta sun Servanda, artinya Perjanjian itu harus di hormati.
Dalam klausul perjanjian sudah sangat jelas dan tidak terbantahkan bahwa Julian sudah Wan Prestasi. Lebih lanjut I Nyoman Wirajaya, S.H., M.H yang juga sebagai pemerhati dan aktif dalam kegiatan Masyarakat adat serta menjunjung adat budaya Bali menjelaskan bahwa dirinya tidak hanya terfokus pada masalah posisi hukum client, tapi apa yang di perlihatkan dalam medsos Julian sudah sangat menusuk dan menyakiti akan kearifan warga tumbak bayuh terutama terhadap sebuah budaya sacral tentang subak khususnya Di Pulau Dewata Bali yang cinta Damai ini.
Dalam penyampaian Philippe Claude Millieret, bahwa Julian Petroulas, Influencer berbasis di Dubai ini menimbulkan kontroversi tahun lalu melalui video YouTube berjudul “How I Make MILLIONS of Dollars in Bali”, yang mengklaim memiliki 1,1 hektare lahan di area pemukiman dengan rencana membuka klub malam dan bar strip untuk model Rusia tepat di sebelah pura keluarga sakral. Ia kemudian secara pribadi berulang kali menuduh pemilik tanah dan lembaga sakral Subak melakukan pelecehan sebagai alasan untuk menakut-nakuti penyewa lahan saat ini dan memaksa penurunan harga serta perjanjian baru.
Lebih jauh lagi, dalam narasi palsunya di media ia juga menuduh notarisnya “mengkhianatinya di belakang,” sehingga menimbulkan keraguan terhadap seluruh profesi tersebut. Padahal notaris yang dimaksud adalah sosok terhormat di Bali yang tidak pernah melakukan kejahatan itu. Namun karena kebohongannya, media kemudian menyarankan pembacanya agar tidak berinvestasi di Bali—tempat yang disebutnya “tidak bisa mempercayai notaris sendiri dan penuh dengan penipu tanah.”
Lebih lanjut menurut philippe, Julian Petroulas, Influencer berbasis di Dubai ini pernah di cekal oleh imigrasi Indonesia pada desember 2024, Terkait larangan masuknya ke Indonesia, Petroulas sengaja menyesatkan media dan para “pengikutnya” untuk menampilkan dirinya sebagai “korban.” Sementara Imigrasi Indonesia secara publik menjelaskan pada Desember 2024 bahwa julian dijatuhi sanksi karena membanggakan diri telah menghasilkan “jutaan dolar” melalui investasi properti dan bisnis sementara ia hanya memegang visa turis dan ini merupakan pelanggaran keimigrasian. Atas ungkapan julian tersebut banyak netizen dan orang Bali tersinggung ketika dia menyebut tanah itu miliknya. Kemudian dia di Cekal ke Indonesia karena mengklaim menghasilkan jutaan dan mempekerjakan 150 karyawan saat menggunakan visa turis.
Dalam Bukti yang diajukan ke Pengadilan menceritakan kisah yang sangat berbeda dari narasi publik Petroulas sebagai “korban” yang ia sebarkan di media. Sementara secara publik ia mengaku ditipu bersama pemilik tanah, komunikasi pribadi yang diajukan ke pengadilan mengungkap bahwa Petroulas berulang kali menuduh pemilik tanah yang sama dan kemudian Subak, lembaga suci di Bali melakukan penipuan. Ia menggunakan tuduhan palsu ini sebagai alasan untuk beberapa kali gagal dalam membayar sesuai perjanjian sewa menyewa dan untuk mengintimidasi pemegang sewa, yang ia tahu sedang dirawat di rumah sakit menjalani operasi besar. Petroulas kemudian mencoba memeras 2 miliar rupiah dari pria yang rentan itu. Ketika upaya itu gagal, ia meningkatkan ancamannya. Menyikapi permasalahan ini, Philippe Claude Millieret, seorang pria Tua yang saat ini dalam masa pengobatan akibat berbagai penyakit merasa tidak nyaman dan terusik dan di pandang perlu untuk memberikan klarifikasi atas permasalahan yang terjadi sebenarnya dengan di tunjukan berbagai bukti otentik kepada para awak media.
Allegedly French Man Clarifies False Allegations by Influencer Julian Petroulas
Bali || The Island of the Gods is indeed a very tempting attraction not only for its natural attractions, culture, and even cuisine, but more than that, many domestic and even international tourists are interested in investing in this land.
One such person is a French resident, Philippe Claude Millieret. Due to his deep love for Bali, Philippe seized the opportunity to lease 1.1 hectares of land in the Badung Regency. His plan was to keep a small portion for himself, where he could build a small house on that small plot of land, in keeping with what he lovingly calls “my final home”—a small, simple home where he intends to spend the rest of his life surrounded by Bali’s natural beauty.
“I love Bali. For me, Bali is a wonderful place. Someday I want to stay here. I can see the sunset from my home, talk with civilians, and live with people together,” he said when met at a coffee shop. “I love Bali. For me, Bali is a beautiful place. Someday I want to live here. Here I can see the sunset from my home, talk with the locals, and live with Balinese people.” Philippe already understood and loved Bali for its culture, its friendly, helpful people.
Over time, Philippe met Julian Petroulas, whom he met briefly through an introduction to an agent in Bali. After that meeting, Philippe sent him all the details of the land via email and WhatsApp. He made an offer, and a lease agreement was reached. According to Philippe, the agreement stipulated payment over 16 months. It’s important to clarify that Julian said that if I was late in paying, the rent would be refunded to me and promised to pay. However, this was all a lie. He knew from the start that he would intimidate me. This is why he didn’t want to pay all at once. But gradually, Phillippe explained to the media.
However, after the agreement was reached, Julian Petroulas began using the land by constructing a road foundation without the coordination and approval of the Subak. This road foundation violated Balinese customary law, blocking the irrigation channel, which is the source of the problem.
In a rare move, Bali’s sacred Subak irrigation community and a local landowner have united to testify in court against Australian influencer Julian Petroulas, whose media campaign claiming to be the victim of a “US$6.2 million land scam” was proven to be completely false, and the Denpasar District Court dismissed Petroulas’ lawsuit.
After Petroulas began constructing an access road over the irrigation system without coordinating with local authorities, the Subak demanded a standard contribution of 10 million rupiah (approximately US$600). Instead of complying and engaging in respectful dialogue, Petroulas accused the Subak of “harassment” and personally insulted community leaders. “He then used this false story as an excuse to intimidate the current land tenant and attempt to extort compensation of 2 billion rupiah (approximately US$125,000) from the elderly man—200 times the reasonable donation requested by the Subak,” Phillippe explained to the media, accompanied by his attorney, I Nyoman Wirajaya, S.H., M.H., on Monday, October 27, 2025, in Canggu, Bali.
In his statement, I Nyoman Wirajaya, S.H., M.H., his lawyer from King Justitia Law Office, Bali, stated that “From a formal legal perspective, our client, Philippe, has very strong legal standing.” He also deeply regretted the legal action taken by Mr. Julian. “In legal philosophy, we all know Facta sun Servanda, meaning that agreements must be respected.”
The clause in the agreement clearly and irrefutably stated that Julian was in default. Furthermore, I Nyoman Wirajaya, S.H., M.H., who is also an observer and active in indigenous community activities and upholds Balinese cultural traditions, explained that he was not only focused on the client’s legal position, but also that what Julian displayed on social media was deeply offensive and offensive to the wisdom of the Tumbak Bayuh community, especially regarding the sacred culture of Subak, especially on the peace-loving Island of the Gods, Bali.
Philippe Claude Millieret stated that Julian Petroulas, a Dubai-based influencer, sparked controversy last year with a YouTube video titled “How I Make Millions of Dollars in Bali,” claiming to own 1.1 hectares of land in a residential area with plans to open a nightclub and strip bar for Russian models right next to it.
![]()

















